Bala-bala

Waktu kecil, sarapan dominan itu antara nasi goreng atau nasi pakai bala-bala. Kalau diingat-ingat ada banyak juga penjual bala-bala waktu itu. Sebelum berangkat sekolah, kadang aku kena giliran disuruh beli bala-bala juga. Satu scene yang terbayang adalah beli bala-bala Bu Omon, neneknya teman sekelasku yang rumahnya masih satu gang. Aku duduk di dipan menunggu bala-bala yang masih digoreng sambil melihat temanku dan adiknya ribut siap-siap berangkat sekolah. Satu lagi penjual bala-balanya agak jauh, jaraknya dari rumah hampir separuh jarak ke sekolah. Tapi sampai sekarang, rasanya aku belim pernah menemukan bala-bala seenak itu. Tepung luarnya garing tapi permukaannya halus, tidak berongga, tepung dalamnya lembut, bumbunya terasa pas. Sayurannya segar, yang ada di bagian dalam terasa masih juicy sementara yang mencuat dan ikut tergoreng crispy. Hmm, serasa masih terbayang hatum kol goreng juga manis wortel dan buncisnya. Ya, yang pertama kali membuatku terkesan ada bala-bala yang satu itu ada buncisnya! Meski namanya juga bala-bala, segala sayur bisa cemplung tapi waktu itu pertama kali kutemukan buncis yang meramaikan rombongan kol, wortel, labu siam, sawi, toge, dan daun bawang.

Bukannya tidak pernah mencoba, tapi memang belum kesampaian, bahkan sekarang setelah lebih dari dua puluh tahun kemudian. Ya memang seringnya kurang serius sih. Terutama di masalah minyak. Susah banget nuang minyak di dapurku. Haha. Aslinya sih karena gak suka pakai minyak berulang. Jadi pasti nuang minyak sedikit saja lalu dipakai sampai habis. Tapi kalau i goreng bala-bala gini ya gak jadi klo minyak terlalu diirit, jadilah konsekuensinya ukuran gorengan yang menyesuaikan volume minyak, juga atur api.

Hari ini kubuat aja bala-balanya meski mungkin tetep belum nyampe seperti yang dikenang. Mumpung sayurannya ada.

Bahan

  • Kol diiris tipis
  • Buncis diiris serong
  • Wortel diiris korek api
  • Labu siam diiris korek api
  • Bayam brazil diiris tipis
  • Daun bawang iris tipis
  • Terigu
  • Maizena
  • Garam
  • Bawang putih halus
  • Merica
  • Totole
  • Air
  • Minyak goreng

Cara Masak

Pertama-tama siapkan sayurnya seperti ini.
Campur tepung dan bumbu. Maizena dan terigu perbandingannya 1:1. Hanya buat adonan sebanyak yang akan langsung digoreng. Konsistensi adonannya cukup kental seperti terlihat di foto. Setelah tercampur sayuran nanti akan makin encer.
Masukkan sayur. Ingat hanya sebanyak yang akan digoreng. Lebih baik berulang membuat adonan, atau sisihkan sebagian adonan dan tetap masukkan sayuran bertahap sesuai sesi menggoreng agar sayuran tidak lama terendam adonan tepung dan melepaskan banyak kandungan airnya.
Nah ini. Kompromi minyak sedikit, jadi goreng sedikit juga asal tetap terendam minyak. Sabar ya, jangan terburu membalik gorengan. Tunggu sampai pinggirannya terlihat agak coklat, baru dibalik.
Udah matang, tiriskan dulu. Wah kriuknya bener sih lumayan. Tapi masih belum sampe sama bala-bala dulu. Huhu, ini foto terakhir ya. Udah blur, lapar, haha.

Perkedel Kentang

Dapat kiriman kentang lagi nih. Karena lagi punya telur juga, mari kita buat perkedel sajalah.

Bahan

  • 3 buah kentang ukuran sedang
  • 1 butir telur
  • 3 sdm kornet
  • 2 batang seledri, iris halus
  • 1 sdm bawang putih goreng yang sudah dihaluskan
  • ½sdt garam
  • ½sdt merica
  • sejumput bumbu ngohiong
  • Minyak goreng

Cara Masak

  1. Siapkan dulu kentangnya: cuci, kupas potong agak besar, lalu goreng sampai berkulit. Sisihkan.
  2. Setelah kentang mendingin, ulek sampai cukup halus.
  3. Campurkan pada kentang: kornet, kuning telur, garam, merica, bawang putih, seledri, dan bumbu-bumbu. Aduk rata. Bentuk bulat-bulat kecil sampai adonan habis.
  4. Campur putih telur dengan sedikit garam dan merica. Kocok sampai sedikit berbusa.
  5. Panaskan minyak. Celup bulatan perkedel pada kocokan putih telur lalu goreng sampai matang.
Bawang putih yang digoreng garing lalu ditumbuk cukup praktis bila tersedia di dapur.
Pas gorengan terakhir ada sisa putih telur, jadi dituang dan digoreng sekalian aja semuanya.

Pancake

Sebetulnya pernah nulis resep pancake di blog ini, tapi belakangan karena udah males nimbang-nimbang, lebih sering pakai measuring cup, jadi nakar resep baru buat bikin pancake.

Metode volume emang gak begitu akurat, tapi lebih praktis aja. Apalagi buat konsumsi sendiri dan bahan makanannya pun seketemunya di pasaran, jadi banyak dalih lah, karena mau betulan akurat pun banyak variabel di luar kendali. Ini nih yang kupakai, cup mini measure dan sendok ukuran 50ml.

Pancake atau kue cubit? 😀

Bahan

  • 1 butir telur
  • 200 ml terigu
  • 200 ml susu UHT
  • 2 sdm margarin cair
  • 2 sdm gula pasir
  • ⅓ sdt garam

Cara Masak

  1. Campur semua bahan kering. Sisihkan.
  2. Kocok telur. Campurkan pada bahan kering. Aduk.
  3. Tuang susu. Aduk rata. Tuang margarin. Aduk rata.
  4. Masak di wajan datar. Usahakan bentuk bulat (satu titik tuang). Masak sampai mulai berongga, lalu balik. Atau langsung diberi topping (kalau diberi topping tak usah dibalik, tunggu permukaannya terlihat matang saja). Ulang sampai adonan habis.

Bihun Goreng

Sebenarnya bikin bihun goreng itu gampang, tapi kali ini kok nulisnya kayak bikin keliatan rumit. Ya, gatau deh. Gitu aja. Haha.

Bahan dan penyiapannya

  • Direbus, lalu tiriskan: 1 bks mi jagung cap tanam kecil, 1 bungkus sohun kaca
  • Diiris halus: ½ bawang bombay, 3 batang seledri
  • Diulek halus lalu ditumis: lada putih, 2 siung bawang putih (berhubung kupakai bawang putih siung yang sudah digoreng, jadi gak ditumis lagi)
  • Dicampur: ½ sdm kecap manis, 2 sdm kecap asin kikkoman, 1 sdt minyak wijen, 2 sdm kecap ikan, 1 sdt garam.
  • Bawang goreng, sisihkan dulu

Cara Masak

  1. Masukkan irisan bawang bombay ke dalam wajan (tanpa minyak, ya). Apinya kecil aja. Tunggu sampai layu dan agak kecoklatan.
  2. Sementara itu, aduk rata soun dan bihun dengan larutan bumbu kecap-kecapan. Aduk sampai merata dan tidak ada bihun yg masih menggumpal.
  3. Kalau bawang bombay sidah mulai kecoklatan, tuang sedikit minyak. Masukkan juga tumisan bawang putih dan lada. Masak sebentar sampai harum.
  4. Masukkan campuran bihun+soun yang sudah dilumuri larutan kecap tadi.
  5. Masak sampai tanak. Masukkan seledri. Afuk. Matikan api.
  6. Masukkan bawang goreng, aduk rata, cicipi, koreksi rasa bila perlu.

Tumis Sotong dan Daun Ginseng

Sudah sejak tahun lalu, penghuni kost ini merelakan sebagian besar hari-harinya untuk didikte hasil kebun, haha. Jadi, makan saja apa yang sedang dipanen. Nah, kali ini daun ginseng yang sedang merajalela. Mudah sekali dia tumbuhnya. Apalagi kalau sering dipanen, wah makin banyak bercabang dan kadang sengaja motong panenannya sampai hampir dasar biar gak makin banyak lagi cabangnya.

Terus, karakternya si daun ginseng ini cepet banget layunya. Jadi kalau masak, biasanya ga lama dipanasin. Lebih baik dicemplung ke wajan panas pas api sudah dipadamkan. Atau kalau dimakan berkuah, biasanya daunnya ditata di mangkok lalu dimatangkan pakai kuah panas.

Kali ini juga gitu, karena mau tumis bareng sotong asin, intinya masak sotongnya dulu aja.

Bahannya:

  • Daun Ginseng segenggam
  • Sotong asin kira-kira 10 biji
  • Cabai hijau 3 buah, iris tipis
  • Kecap ikan 1sdm
  • Gula pasir ½ sdt
  • Totole ½ sdt
  • Air secukupnya

Cara Masak:

  1. Bersihkan sotong, iris bulat-bulat, sisihkan. Cincang bawang putih. Iris tipis cabai hijau.
  2. Goreng dulu sotongnya dengan api kecil, geser ke pinggir, lalu goreng bawang putih di wajan yang sama sampai masak (lihat foto di bawah).
  3. Setelah bawang putih kecoklatan, tuang air di wajan. Langkah ini perlu agar bawang putih berhenti tergoreng dan sotong juga tidak tergoreng sampai alot.
  4. Lalu masukkan irisan cabai hijau dan kecap ikan. Masak sampai cabai hijau layu. Tambahkan gula pasir, aduk-aduk.
  5. Matikan kompor. Masukkan daun ginseng dan totole, aduk sampai layu. Siram air matang dingin sedikit agar menghentikan proses pematangan daun.
  6. Sajikan dengan nasi panas dan sambel dong.
Foto pas goreng sotong dan bawang putihnya.

MiDog

Sejak dulu, kalau masak indomie diaduk telur lalu didadar itu disebutnya martabak mi. Tapi sekitar dua atau tiga tahun lalu, saat berkunjung ke rumah teman di Garut, dan ada seorang anak yang lapar lalu membuat makanan ini, keningnya mengernyit waktu kubilang, “Oh, martabak mi?”. Spontan dia membantah, “Bukan! Ini mah MIDOG!”

Kenapa midog? Ya, gampang ketebak. Tentu saja singkatan dari MI+enDOG. Cara praktis supis (sunda pisan) buat ngarang nama makanan. Ya, terus ga kaget juga sih kalau nemu anak kecil ngotot karena seusia itu, kebenaran mesti tunggal. Belum mengenal jenis kebenaran dan mana di antaranya yang memiliki variasi dengan tingkat kepercayaan setara alah naon. Haha.

Nah, tapi terlepas dari peristiwa itu, aku jadi berpikir. Kenapa selama ini kuterima saja itu penamaan martabak mi? Padahal tidak memenuhi kaidah definisi. Lebih masuk akal kalau disebut dadar mi telur, atau yang lebih praktis seperti dibilang anak itu: MIDOG. Martabak yang berasal dari bahasa arab mengindikasikan makanan dengan nama itu harus dilipat. Ya, seperti martabak telur yang biasa kita kenal. Atau martabak manis yang secara hakiki beda dengan martabak telur masih bisa masuk definisi itu selama dia dilipat juga. Jadi gimana? Pilihan yang ada sekarang adalah aku perlu melipat dadar mi biar masuk definisi martabak atau aku menyerah saja dengan menamainya MIDOG juga. Sepertinya sih pilihan terakhir lebih praktis. Haha, jadi resmilah mulai kusebut makanan dalam foto berikut sebagai: MIDOG

Kalau resep mah pasti bisa nebak semua sih, tapi paling ada preferensi tertentu aja. Misalnya aku lebih suka pakai indomie ayam bawang atau mi goreng. Seperti biasa, bumbunya jarang dipakai, hanya minyak bawangnya. Jadi harus ngulek:

  • Bawang merah
  • Bawang putih
  • Lada
  • Garam
  • Lebih enak kalau ditambah bumbu ngohiong sedikit saja

Nah caranya begini, mi yang sudah agak diremuk, direbus sampai matang. Lalu tiriskan.

Kocok telur di tempat terpisah, lalu aduk dengan bumbu halus, masukkan juga irisan daun bawang dan bawang merah goreng. Boleh juga ditambah irisan wortel atau kol, tapi tipis-tipis sekali ya irisnya.

Setelah tercampur semua, baru masukkan mi-nya. Masukkan juga minyak bawangnya. Aduk rata.

Lalu didadar. Hmm, atau digoreng? Karena minyaknya biasa kupakai agak banyak supaya lapisan kulit telurnya lebih enak. Ya, sebanyak yang kira-kira dipakai abang martabak di wajan datarnya itu lo. Jadi tidak seperti goreng bakwan juga. Pastikan suhunya sangat panas saat telur masuk, lalu kecilkan jadi kalau bisa memang pakai wajan tebal sih biar tidak cepat gosong. Lalu ingat, balik hanya sekali saja. Jadi sabar dulu tunggu satu sisi sampai matang dan berkulit cokelat. Kalau sudah begitu, balik. Setelah matang, angkat, tiriskan. Nikmati dengan saus atau mayones.

Chaotic outside, cool inside

Creamy Affogato

Panas-panas dan otak mulai macet padahal belum bisa istirahat, berarti butuh minuman segar. Kopi panas kurang cocok karena rasanya terlalu ‘maksa’. Chill out dulu, gitu deh.

Makanya minuman ini jadi pilihan. Tapi bikinnya memang ga bisa mendadak karena butuh waktu buat mendinginkan kopi dan gelasnya di dalam kulkas. Jadi harus sudah disiapkan beberapa jam sebelumnya.

Takarannya begini:

  • 2 sdt kopi bubuk instan (pakai takaran measuring cup ya, jangan sendok teh yang buat ngaduk)
  • 4-5 sdt krimer
  • 1 sdt gula pasir
  • Sejumput vanila bubuk

Bahan-bahan di atas diseduh dengan air panas, sesedikit mungkin yang membuat semuanya larut. Lalu biarkan mendingin. Setelah sama dengan suhu ruang, masukkan kulkas. Biarkan sampai dingiiinnn gelasnya.

Kemudian siapkan susu dingin. Bisa pakai susu segar atau UHT. Biasanya kupakai greenfields atau bearbrand. Tapi, diamond juga enak sih. Sekitar 50ml sudah cukup. Langsung tuang ke dalam gelas yang sudah dingin. Aduk aja.

Setelah itu, beri es batu secukupnya. Tambahkan eskrim vanila di atasnya.

Terakhir, taburkan coklat bubuk sedikit aja di atasnya. Tadaaa sudah siap dinikmati.

Bakwan Kornet

Lama ya nggak posting, karena sedang merasa lelah. Haha. Jadi benar-benar luring terus meski sebetulnya tetap masak.

Bulan lalu ada kiriman kornet, jadi setelah sekian lama, masak kornet deh. Lumayan nambahin asupan protein yang simpel, haha. Tapi, sayangnya lupa potret. Duh, fatal kan. Biar begitu, resepnya tetap kutulis biar kali lain bisa buat lagi. Kalau gak, udah pakai resep baru terus karena gak pernah ingat apa yang dibuat. Ahaha.

Bahan

  • ½ kaleng kornet Pronas
  • 3sdm terigu
  • 1sdm tepung bumbu
  • ½sdt garam
  • ½sdt lada
  • 2btr bawang putih, haluskan
  • 1 putih telur
  • 1 wortel sedang, parut
  • 2 btg daun bawang, iris

Cara Masak


Campur semua bahan. Goreng pipih dalam sedikit minyak. Angkat, tiriskan.

Udah, gitu aja. Gak usah panjang-panjang kalo bahas kornet. Nanti jadi gak terasa praktisnya.

Dadar Telur Berempah

Enaknya punya pohon kunyit, tinggal iris daunnya kapan aja udah bisa buat dadar telur enak begini.

Bahan

  • 2 butir telur ayam
  • 2 lembar daun kunyit, buang uratnya, lalu iris tipis
  • 1 sdt bumbu kare bubuk
  • 1 sdm cabai ulek (aku punya stok di kulkas)
  • 1 siung bawang putih dihaluskan
  • 2sdm bawang goreng
  • garam
  • merica
  • minyak goreng

Cara Masak

  1. Kocok telur. Masukkan semua bahan lainnya. Aduk sampai rata.
  2. Panaskan wajan. Tuang minyak. Goreng telur sampai matang.
  3. Sajikan dengan nasi panas, bawang goreng, dan sambal hijau kalau ada.